Assalamualaikum...
Gimana kabarnya nih sobat hari ini? baik kan? tentunya akan lebih baik lagi kalo anda dapat rejeki nomplok hari ini dan seterusnya. MAU??
Berikut beberapa tips dan trik untuk memperoleh penghasilan tambahan bahkan menjadi penghasilan utama hanya dengan memanfaatkan laptop dan koneksi internet saja. Mubazir kan kalo hanya dimanfaatkan untuk browsing dan chating aja?
1. Media sosial
Salah satu alternatif untuk mendapatkan penghasilan adalah melalui media sosial. Belakangan ini banyak sekali yang berjualan online melalui facebook, twitter, kaskus dan sebagainya. Karena memang efektif dan efisien dalam pelaksanaanya. anda cukup duduk manis dirumah dan hanya memposting sesuatu tinggal tunggu kontak aja dan uang datang.. hehehe
2. Adsense
Hingga saat ini Google adsense menjadi alat penghasil uang yang paling mumpuni. Jika blog ataupun situs anda kecipratan iklan saja dan dibuka banyak orang tentunya semakin banyak juga yang masuk menuju rekening anda
3. PPC (Pay per click)
Ada yang bilang ini salah satu trik untuk berinvestasi tanpa modal. syaratnya hanya harus berhadapan dengan komputer dan monitor anda. Banyak sekali PPC yang tersedia anda hanya tinggal memilih dan memilah..
Semoga bermanfaat :)
sahabat anak berkebutuhan khusus
Blog Sahabat berkebutuhan Khusus membantu anda untuk menemukan solusi terbaik untuk penanganan anak ABK dan beberapa tips menarik. silahkan saling berbagi :)
Jumat, 21 Agustus 2015
Kamis, 02 Juli 2015
Bahasa Planet Anak Berkebutuhan Khusus
Seringkali
kita jumpai beberapa anak dengan kebutuhan khusus memeiliki bahasa-bahasa
tertentu yang sulit untuk dipahami. Sebenarnya apakah artinya? Adakah ahli yang
memahami bahasa-bahasa tersebut?
Beberapa
dari orang tua mungkin merasa bingung dengan bahasa-bahasa anak istimewa
mereka. Karena mereka memiliki tipikal yang berbeda-beda. Ada yang meracau
(berisik tidak jelas), seperti berbicara aneh yang berulang atau ada
gerakan-gerakan tertentu yang berulang. Berdasarkan pengalaman saya
berinteraksi dengan anak ABK terutama dengan gangguan GDD (Global Development
Disorder) bahasa-bahasa ini sedikit banyak muncul setiap ada interaksi maupun
tidak, bahkan banyak dari bahasa tersebut tidak bertujuan bahkan cenderung
seperti reflek. Sebagai salah satu contoh adalah seorang anak dengan bahasa
planet berupa meracau. Ketika anak tersebut sedang belajar bersama guru,
meskipun nampak mata bisa dalam keadaan fokus namun mulut seperti tidak
terkontrol dan memunculkan bunyi-bunyian aneh. Hal tersebut tentunya mengganggu
untuk kegiatan belajar mereka, karena untuk mencapai titik ALFA (konsentrasi
penuh) untuk anak ABK tidaklah mudah. Bisa fokus 5 menit saja sudah luar biasa.
Maka perlu terobosan khusus untuk mengendalikan bahasa tersebut supaya anak
mampu belajar dengan fokus.
Yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimana bisa mengendalikan bahasa-bahasa aneh yang
mengganggu tersebut? Sahabat tidak perlu khawatir, meskipun bahasa-bahasa ini
tidak mudah dikendalikan namun kita dapat meminimalisirnya dengan beberapa
trik. Salah satu trik sederhana yang bisa dilakukan adalah memberikan materi
belajar yang anak sukai. Dari salah satu materi yang diberikan, kita bisa saja
memasukkan beberapa pengajaran atau pola kepada anak. Tentunya harus banyak
dengan selingan. Karena banyak dari GDD terganggu masalah fokus maka para
sahabat perlu lebih aktif dan kreatif untuk menambah materi yang sifatnya
berjenjang supaya anak juga tidak bosan. Sebagai contoh, seorang anak dengan
GDD menyukai bermain balok. Maka dari balok-balok tersebut dapat dimodifikasi
menjadi beberapa terapi yang efektif, seperti ABA dengan mengenalkan warna,
bentuk dan ukuran. Ketika ditengah perjalanan muncul bahasa-bahasa planet maka
sebisa mungkin segera dialihkan supaya tidak menjadi sebuah pola dengan
mengubah pola baru yang bertujuan. Jadi ketika anak mulai meracau misalnya,
segeralah untuk di kontrol. Sentuh dan arahkan untuk melihat environment di
sekitar misalnya. Sehingga mau tidak mau anak mengikutinya. Demikian, dilanjut
lain kali ya J
We
Love Special Needs
Selasa, 30 Juni 2015
Pengembangan potensi anak berkebutuhan khusus (ABK)
Assalamualaikum,,,
gimana kabar
nih sahabat? baik kan?,, alhamdulilah, insya Allah hari ini kita akan membahas
tentang apa yang diperlukan anak-anak istimewa untuk kelangsungan hidupnya.
Tentunya selain life skill atau kemandirian hidup, mereka juga memerlukan bekal
untuk perjalanan kisah mereka. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah bagian
pendidikan untuk mereka. Sudah layak atau belum?
Terkadang
beberapa guru belum memahami kebutuhan mereka. mungkin beberapa melewatkan
moment penting untuk membantu berkembang. Sebagai contoh, saya pernah mendapati
seorang anak yang memiliki kecenderungan disgrafia. Tahu kan ya? semacam
disleksia namun yang terganggu tidak hanya huruf yang terbalik atau kata yang
terbalik namun juga pengolahan kata yang terkadang cenderung acak dan belum
terstruktur. Nah menurut sahabat apa yang diperlukan anak ini?? Ya.. anak ini
memerlukan bantuan lebih dari anak-anak lain pada umumnya. Namun apa yang
terjadi?, salah satu wali dari anak ini menekankan sekali untuk sisi kognitif
sehingga seringkali anak dipaksa untuk mengikuti les. Perlu diketahui bahwa
selain keistimewaan diatas, anak ini juga mengalami keterlambatan belajar.
Bagaimana
tanggapan sahabat menanggapi kasus diatas?. Tentunya beberapa orang memiliki
pendapat yang beragam. Namun yang pasti adalah anak tersebut memerlukan
perhatian khusus. Jikapun di inklusikan memerlukan guru pendamping (shadow). Kurikulum yang diberikan
kepada anak juga tentunya berbeda dengan anak biasa pada umumnya, namun
mengikuti dari kebutuhan anak dan perkembangan usia mentalnya. Karena
seringkali anak-anak istimewa memiliki perbedaan mencolok antara usia
kronologis dan usia mental. Dengan usia kronologis 7 tahun misalnya anak
memiliki usia mental 2,5 tahun sehingga kebiasaan yang dilakukan nampak aneh
atau terkesan seperti anak-anak. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana
menyikapi atau membantu anak-anak seperti mereka? Beberapa hal yang perlu
digarisbawahi adalah mereka istimewa sehingga kita perlu untuk memahami anak
dan potensi besar yang mereka simpan.
Banyak dari
anak ABK meskipun memiliki kekurangan namun di sisi lain mempunyai potensi yang
jika mendapatkan pengarahan yang tepat akan melejitkan potensi mereka bahkan
mampu melebihi dari mereka anak-anak normal pada umumnya. Pernah mendengar nama
Albert Einstein? Isaac Newton? Tidak asing bukan? Ya.. mereka tokoh besar yang
berangkat dari keistimewaan. Pada zamannya, di lingkungan mereka dianggap “abnormal”
bahkan gila karena pendapat dan teori di luar kebiasaan umum. Newton hanya
kejatuhan buah apel mampu menuliskan teori gravitasi sedangkan Einstein seorang
bapak ilmu pengetahuan dengan teori terkenalnya E = MC2. .
Nah, maka
dari itu bagi siapapun sahabat yang menjadi wali anak istimewa ataupun
pembimbing mari bersama-sama untuk membantu mereka untuk paling tidak membuat
hidup mereka berarti dan bermakna. Mampu melanjutkan hidup dan tentunya jika
bukan kita yang membantu mereka terus siapa lagi??. Temukan potensi yang ada
pada diri mereka dan selalu beriikan respon dan reward yang positif untuk
kebaikan mereka. Demikian sedikit curahan hati hari ini semoga bermanfaat.
We Love
Special Needs
Senin, 29 Juni 2015
Penanganan anak berkebutuhan khusus (tantrum)
Assalamualaikum sahabat,,
Terkadang seringkali kita menjumpai beberapa anak yang mungkin kita merasa bahwa anak tersebut biasa saja. Terlihat dari fisik yang normal dan pokoknya nampak biasa saja. Namun, bisa jadi kita merasa terkaget-kaget karena anak tersebut mempunyai perilaku yang berbeda dari kebiasaan umum. Misalnya berteriak dengan keras tiada henti, melompat-lompat lain dari kebiasaan umum, ataupun menggigit tanpa ada sebab.
Nah bagi kita yang sudah lama berinteraksi dengan anak spesial seperti mereka mungkin bisa memahami dan ada tindak lanjut. Lalu bagaimana jika kita belum mempunyai pengetahuan tentang mereka? dan seperti apa penanganan awal? Nah.. berikut pengalaman saya pada beberapa penanganan awal yang bisa anda lakukan,,
- Tenangkan diri kita, tidak perlu panik dan khawatir berlebihan, rileks aja. Kemudian dekati anak tersebut. catatan yang perlu diingat adalah bahwa anak berkebutuhan khusus bermain dengan hati. (bukan main hati kaya anak muda ya hehehe :D ) Dalam hal ini, anak ABK tidak bisa dibohongi. Jadi jika sahabat semua ingin membantu mereka sebaiknya tulus dan ikhlas, berikan empati dan beberapa sentuhan insya Allah efektif.
- Lakukan beberapa dialog dengan anak. Misal : ada apa?, kenapa? (nada pelan).. Biasanya mereka menginginkan sesuatu yang tidak terpenuhi makanya muncul tantrum.
- Jika anak ABK melakukan serangan fisik tak perlu khawatir, meskipun gerakan mereka cepat kita juga harus sigap. Misal ketika anak menarik rambut kita atau menggigit, segera sentuh titik diantara kedua ketiak untuk melemahkan otot mereka.
- Setelah anak dirasa lebih tenang bisa kita lancarkan serangan balasan. Eiiittsss... bukan dihajar yaa,, bolehlah anak kita peluk, kita berikan reward berupa pujian,,, Misal: ananda yang sholih, ananda yang pintar. Insya Allah lebih tenang.
- Langkah terakhir, silahkan berikan pengertian secara perlahan bahwa tindakan yang dilakukannya tidak benar, ada konsekwensi dan merugikan dirinya dan orang lain. Demikian semoga bermanfaat :)
We Love Special Needs
Minggu, 28 Juni 2015
PENERAPAN TERAPI BERMAIN BAGI PENYANDANG ADHD
PENYEBAB ADHD
Sampai saat ini belum jelas faktor
apa yang dapat menyebabkan munculnya ADHD, meskipun banyak penelitian yang
dilakukan dalam bidang neurologi dan ilmu genetika sepertinya menunjukkan
sedikit titik terang. Banyak peneliti mencurigai faktor genetik dan biologis
sebagai penyebab ADHD, meskipun lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang
juga membantu menentukan perilaku anak yang spesifik.
Studi terhadap gambar otak menunjukkan bagian mana dari otak anak-anak ADHD yang tidak berfungsi dan penyebab tidak berfungsinya bagian itu belum diketahui, namun diduga berkaitan dengan mutasi beberapa gen. Selain faktor genetik tersebut, terdapat beberapa faktor yang sering dikatakan memiliki kontribusi dalam munculnya ADHD, diantaranya: kelahiran prematur, konsumsi alkohol dan tembakau (rokok) saat ibu hamil, terpapar timah dalam kadar tinggi, dan kerusakan otak sebelum lahir. Beberapa pihak lagi mengklaim bahwa zat aditif pada makanan, gula, ragi, dan pola asuh yang kering dapat memunculkan ADHD, namun pendapat ini kurang didukung fakta dan data yang akurat (Barkley, 1998; NIMH, 1999).
Studi terhadap gambar otak menunjukkan bagian mana dari otak anak-anak ADHD yang tidak berfungsi dan penyebab tidak berfungsinya bagian itu belum diketahui, namun diduga berkaitan dengan mutasi beberapa gen. Selain faktor genetik tersebut, terdapat beberapa faktor yang sering dikatakan memiliki kontribusi dalam munculnya ADHD, diantaranya: kelahiran prematur, konsumsi alkohol dan tembakau (rokok) saat ibu hamil, terpapar timah dalam kadar tinggi, dan kerusakan otak sebelum lahir. Beberapa pihak lagi mengklaim bahwa zat aditif pada makanan, gula, ragi, dan pola asuh yang kering dapat memunculkan ADHD, namun pendapat ini kurang didukung fakta dan data yang akurat (Barkley, 1998; NIMH, 1999).
BAGAIMANA MENDETEKSI ANAK MENGALAMI
ADHD?
Terkadang kita melihat ada anak-anak
yang terlihat sangat aktif dan tidak memperhatikan jika belajar di kelas.
Namun, hal tersebut dapat saja merupakan sesuatu yang normal jika kita tilik
dari usia mereka. Kita dapat mengarahkan pada diagnosa ADHD jika perilaku yang
muncul tersebut sangat tidak sesuai dengan usia perkembangan mereka.
Terdapat beberapa kriteria dalam DSM-IV yang membantu kita melakukan deteksi terhadap anak-anak dengan gangguan ADHD. Seorang anak harus menampakkan beberapa karakteristik untuk dapat didignosa secara klinis mengalami ADHD.
Keparahan perilaku tersebut harus lebih sering muncul pada anakè tersebut jika dibandingkan dengan anak-anak lain dalam tahap perkembangan yang sama
paling tidak beberapa gejala uncul sebelum usia 7 tahunèWaktu muncul
Durasi è perilaku harus sudah muncul paling tidak 6 bulan sebelum evaluasi
èDampak gejala harus menimbulkan dampak negatif pada kehidupan akademik dan sosial anak.
Seting gejala harus muncul pada beberapa seting dalam kehidupan anak.è
Terdapat beberapa kriteria dalam DSM-IV yang membantu kita melakukan deteksi terhadap anak-anak dengan gangguan ADHD. Seorang anak harus menampakkan beberapa karakteristik untuk dapat didignosa secara klinis mengalami ADHD.
Keparahan perilaku tersebut harus lebih sering muncul pada anakè tersebut jika dibandingkan dengan anak-anak lain dalam tahap perkembangan yang sama
paling tidak beberapa gejala uncul sebelum usia 7 tahunèWaktu muncul
Durasi è perilaku harus sudah muncul paling tidak 6 bulan sebelum evaluasi
èDampak gejala harus menimbulkan dampak negatif pada kehidupan akademik dan sosial anak.
Seting gejala harus muncul pada beberapa seting dalam kehidupan anak.è
Kriteria yang diberikan oleh DSM-IV
untuk membantu kita menegakkan diagnosa ADHD dapat kita lihat berikut ini.
A. (1) atau (2)
(1) memenuhi 6 atau lebih gejala kurangnya pemusatan perhatian paling tidak selama 6 bulan pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan;
(2) memenuhi 6 atau lebih gejala hiperaktivitas-impulsivitas paling tidak selama 6 bulan pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan
B. Gejala kurangnya pemusatan perhatian atau hiperaktivitas-impulsivitas muncul sebelum usia 7 tahun.
C. Gejala-gejala tersebut muncul dalam 2 seting atau lebih (di sekolah, rumah, atau pekerjaan)
D. Harus ada bukti nyata secara klinis adanya gangguan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.
E. Gejala tidak terjadi mengikuti gangguan perkembangan pervasive, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya dan tidak dilihat bersama dengan gangguan mental lain (gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, atau gangguan kepribadian).
A. (1) atau (2)
(1) memenuhi 6 atau lebih gejala kurangnya pemusatan perhatian paling tidak selama 6 bulan pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan;
(2) memenuhi 6 atau lebih gejala hiperaktivitas-impulsivitas paling tidak selama 6 bulan pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan
B. Gejala kurangnya pemusatan perhatian atau hiperaktivitas-impulsivitas muncul sebelum usia 7 tahun.
C. Gejala-gejala tersebut muncul dalam 2 seting atau lebih (di sekolah, rumah, atau pekerjaan)
D. Harus ada bukti nyata secara klinis adanya gangguan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.
E. Gejala tidak terjadi mengikuti gangguan perkembangan pervasive, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya dan tidak dilihat bersama dengan gangguan mental lain (gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, atau gangguan kepribadian).
TERAPI UNTUK PENYANDANG ADHD
Sampai saat ini belum ada obat yang
dapat menyembuhkan ADHD, namun telah tersedia beberapa pilihan tritmen yang
telah terbukti efektif untuk menangani anak-anak dengan gejala ADHD. Strategi
penanganan tersebut melibatkan aspek farmasi, perilaku, dan metode multimodal.
Metode perubahan perilaku bertujuan untuk memodifikasi lingkungan fisik dan sosial anak untuk mendukung perubahan perilaku (AAP, 2001). Pihak yang dilibatkan biasanya adalah orang tua, guru, psikolog, terapis kesehatan mental, dan dokter. Tipe pendekatan perilakuan meliputi training perilaku untuk guru dan orang tua, program yang sistematik untuk anak (penguatan positif dan token economy), terapi perilaku klinis (training pemecahan masalah dan ketrampilan sosial), dan tritmen kognitif-perilakuan/CBT (monitoring diri, self-reinforcement, instruksi verbal untuk diri sendiri, dll) (AAP, 2001).
Metode farmasi meliputi penggunaan psikostimulan, antidepresan, obat untuk cemas, antipsikotik, dan stabilisator suasana hati (NIMH, 2000). Harus diperhatikan bahwa penggunaan obat-obatan ini harus dibawah pengawasan ketat dokter dan ahli farmasi yang terus-menerus melakukan evaluasi terhadap efektivitas penggunaan dan dampaknya terhadap subjek tertentu.
Beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa cara terbaik untuk menangani anak dengan ADHD adalah dengan mengkombinasikan beberapa pendekatan dan metode penanganan. Penelitian yang dilakukan NIMH terhadap 579 anak ADHD menunjukkan bahwa kombinasi terapi obat dan perilaku lebih efektif dibandingkan jika digunakan sendiri-sendiri. Tritmen multimodal khususnya efektif untuk meningkatkan ketrampilan sosial pada anak-anak ADHD yang diikuti gejala kecemasan atau depresi. Ternyata dosis obat yang digunakan lebih rendah jika diikuti dengan terapi perilaku daripada jika diberikan tanpa terapi perilaku.
Salah satu terapi perilaku yang dapat diberikan bagi anak-anak ADHD adalah dalam bentuk permainan, yang kemudian sering disebut terapi bermain.
Metode perubahan perilaku bertujuan untuk memodifikasi lingkungan fisik dan sosial anak untuk mendukung perubahan perilaku (AAP, 2001). Pihak yang dilibatkan biasanya adalah orang tua, guru, psikolog, terapis kesehatan mental, dan dokter. Tipe pendekatan perilakuan meliputi training perilaku untuk guru dan orang tua, program yang sistematik untuk anak (penguatan positif dan token economy), terapi perilaku klinis (training pemecahan masalah dan ketrampilan sosial), dan tritmen kognitif-perilakuan/CBT (monitoring diri, self-reinforcement, instruksi verbal untuk diri sendiri, dll) (AAP, 2001).
Metode farmasi meliputi penggunaan psikostimulan, antidepresan, obat untuk cemas, antipsikotik, dan stabilisator suasana hati (NIMH, 2000). Harus diperhatikan bahwa penggunaan obat-obatan ini harus dibawah pengawasan ketat dokter dan ahli farmasi yang terus-menerus melakukan evaluasi terhadap efektivitas penggunaan dan dampaknya terhadap subjek tertentu.
Beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa cara terbaik untuk menangani anak dengan ADHD adalah dengan mengkombinasikan beberapa pendekatan dan metode penanganan. Penelitian yang dilakukan NIMH terhadap 579 anak ADHD menunjukkan bahwa kombinasi terapi obat dan perilaku lebih efektif dibandingkan jika digunakan sendiri-sendiri. Tritmen multimodal khususnya efektif untuk meningkatkan ketrampilan sosial pada anak-anak ADHD yang diikuti gejala kecemasan atau depresi. Ternyata dosis obat yang digunakan lebih rendah jika diikuti dengan terapi perilaku daripada jika diberikan tanpa terapi perilaku.
Salah satu terapi perilaku yang dapat diberikan bagi anak-anak ADHD adalah dalam bentuk permainan, yang kemudian sering disebut terapi bermain.
PRINSIP-PRINSIP PENERAPAN TERAPI
BERMAIN BAGI ANAK ADHD
Berdasarkan luasnya batasan terapi bermain maka penerapannya bagi penyandang ADHD memerlukan batasan-batasan yang lebih spesifik, disesuaikan dengan karakteristik penyandang ADHD sendiri. Pada anak penyandang ADHD, terapi bermain dapat dilakukan untuk membantu mengendalikan aktivitas yang berlebihan (hiperaktivitas), melatih kemampuan mempertahankan perhatian pada objek tertentu, mengembangkan ketrampilan menunggu giliran, dan mengendalikan tingkat agresivitas. Tentu saja pemberian terapi perilaku ini akan kurang efektif tanpa dibarengi dengan tritmen yang berupa obat-obatan yang membantu untuk mengendalikan agresivitas, memberikan ketenangan kepada anak, dan mengurangi kecemasan.
Pada prinsipnya terapi bermain digunakan untuk menjadi media bagi anak untuk:
1. mengalihkan perhatiannya dari aktivitas yang berlebihan namun tidak bermanfaat
2. melatih anak melakukan tugas satu persatu
3. melatih anak menunggu giliran
4. mengalihkan sasaran agresivitas.
Berdasarkan luasnya batasan terapi bermain maka penerapannya bagi penyandang ADHD memerlukan batasan-batasan yang lebih spesifik, disesuaikan dengan karakteristik penyandang ADHD sendiri. Pada anak penyandang ADHD, terapi bermain dapat dilakukan untuk membantu mengendalikan aktivitas yang berlebihan (hiperaktivitas), melatih kemampuan mempertahankan perhatian pada objek tertentu, mengembangkan ketrampilan menunggu giliran, dan mengendalikan tingkat agresivitas. Tentu saja pemberian terapi perilaku ini akan kurang efektif tanpa dibarengi dengan tritmen yang berupa obat-obatan yang membantu untuk mengendalikan agresivitas, memberikan ketenangan kepada anak, dan mengurangi kecemasan.
Pada prinsipnya terapi bermain digunakan untuk menjadi media bagi anak untuk:
1. mengalihkan perhatiannya dari aktivitas yang berlebihan namun tidak bermanfaat
2. melatih anak melakukan tugas satu persatu
3. melatih anak menunggu giliran
4. mengalihkan sasaran agresivitas.
Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pemberian terapi bermain bagi anak ADHD adalah:
1. Tujuan dan target setiap sesi terapi bermain harus spesifik berdasarkan kondisi dan ketrampilan anak, dilakukan dengan bertahap, terstruktu,r dan konsistensi. Salah satu yang perlu diperhatikan pada anak ADHD adalah sensitivitas mereka terhadap perubahan sehingga kita harus membantu menciptakan sesuatu yang rutin untuk mereka. Dalam hal ini konsistensi yang dapat diciptakan terapis misalnya dalam hal waktu, aturan bermain, tempat, dan jumlah alat permainan. Pemilihan ini harus didasarkan pada kondisi anak dan target perilaku yang dituju.
2. Permainan yang digunakan harus dipecah-pecah menjadi komponen-komponen kecil yang diajarkan satu persatu dengan tahap dan cara yang sama. Mereka selalu sulit mengorganisasikan waktu sehingga kita harus membantu untuk memecah-mecah tugas menjadi komponen-komponen kecil yang sederhana. Misalnya: acara menggambar di bagi dalam kegiatan mengambil kertas, mengambil pensil, mengambil crayon, dst.
3. Terapi diberikan dalam beberapa tahap, pertama dengan satu anak satu terapis dalam tempat terapi khusus, kemudian perlahan-lahan anak akan dilibatkan dalam permainan bersama anak lain (sebaiknya yang tidak ADHD), dan jika sudah memungkinkan maka anak dilibatkan dalam kelompok yang lebih besar. Permainan sosial ini harus dirancang terapis dan orang tua untuk membantu anak mengembangkan ketrampilan bersosialisasi.
4. Terapi bagi anak penyandang ADHD tidak dapat dilakukan hanya dengan terapi tunggal. Mengingat bahwa gangguannya berkaitan dengan sirkuit di dalam otak, maka terapi bermain sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan terapi yang lain, yaitu terapi farmakologi. Rencana program terapi yang dijalankan pun harus disusun dengan terpadu dan terstruktur dengan baik, begitu juga proses evaluasinya.
5. Terapi bermain ini harus dilakukan oleh tenaga terapis yang sudah terlatih dan betul-betul mencintai dunia anak dan pekerjaannya. Hal ini terlebih pada penyandang ADHD karena menangani anak ADHD memerlukan kesabaran dan keteguhan hati yang tinggi. Jika pada anak non ADHD target perubahan perilaku yang dibuat mungkin dapat dicapai dengan cepat dan lebih mudah, maka bagi penyandang ADHD untuk mengendalikan perilaku mereka saja mungkin sulit.
6. Keberhasilan program terapi bermain sangat ditentukan oleh bagus tidaknya kerja sama terapis dengan orang tua dan orang-orang lain yang terlibat dalam pengasuhan anak sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan proses transfer ketrampilan yang sudah diperoleh selama terapi yang harus terus dipelihara dan ditingkatkan dalam kehidupan di luar program terapi.
7. Jika secara umum terapi bermain memberikan kebebasan kepada anak untuk berekspresi dan eksplorasi, maka pada anak ADHD hal ini justru akan digunakan untuk memperkenalkan aturan-aturan dan mengendalikan perilaku
8. Terapi bermain bagi penyandang ADHD dapat ditujukan untuk meminimalkan/menghilangkan perilaku agresif, perilaku menyakiti diri sendiri, dan menghilangkan perilaku berlebihan yang tidak bermanfaat. Hal ini dapat dilakukan dengan melatihkan gerakan-gerakan tertentu kepada anak, misalnya tepuk tangan, merentangkan tangan, menyusun balok, bermain palu dan pasak, dan alat bermain yang lain. Dengan mengenalkan gerakan yang lain dan berbagai alat bermain yang dapat digunakan maka diharapkan dapat digunakan untuk mengalihkan agresivitas yang muncul, juga jika anak sering berlarian tak bertujuan. Mengenalkan anak pada permainan konstruktif seperti menyusun balok juga akan membantu anak mengenal urutan dan membantu mengembangkan ketrampilan motorik.
1. Tujuan dan target setiap sesi terapi bermain harus spesifik berdasarkan kondisi dan ketrampilan anak, dilakukan dengan bertahap, terstruktu,r dan konsistensi. Salah satu yang perlu diperhatikan pada anak ADHD adalah sensitivitas mereka terhadap perubahan sehingga kita harus membantu menciptakan sesuatu yang rutin untuk mereka. Dalam hal ini konsistensi yang dapat diciptakan terapis misalnya dalam hal waktu, aturan bermain, tempat, dan jumlah alat permainan. Pemilihan ini harus didasarkan pada kondisi anak dan target perilaku yang dituju.
2. Permainan yang digunakan harus dipecah-pecah menjadi komponen-komponen kecil yang diajarkan satu persatu dengan tahap dan cara yang sama. Mereka selalu sulit mengorganisasikan waktu sehingga kita harus membantu untuk memecah-mecah tugas menjadi komponen-komponen kecil yang sederhana. Misalnya: acara menggambar di bagi dalam kegiatan mengambil kertas, mengambil pensil, mengambil crayon, dst.
3. Terapi diberikan dalam beberapa tahap, pertama dengan satu anak satu terapis dalam tempat terapi khusus, kemudian perlahan-lahan anak akan dilibatkan dalam permainan bersama anak lain (sebaiknya yang tidak ADHD), dan jika sudah memungkinkan maka anak dilibatkan dalam kelompok yang lebih besar. Permainan sosial ini harus dirancang terapis dan orang tua untuk membantu anak mengembangkan ketrampilan bersosialisasi.
4. Terapi bagi anak penyandang ADHD tidak dapat dilakukan hanya dengan terapi tunggal. Mengingat bahwa gangguannya berkaitan dengan sirkuit di dalam otak, maka terapi bermain sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan terapi yang lain, yaitu terapi farmakologi. Rencana program terapi yang dijalankan pun harus disusun dengan terpadu dan terstruktur dengan baik, begitu juga proses evaluasinya.
5. Terapi bermain ini harus dilakukan oleh tenaga terapis yang sudah terlatih dan betul-betul mencintai dunia anak dan pekerjaannya. Hal ini terlebih pada penyandang ADHD karena menangani anak ADHD memerlukan kesabaran dan keteguhan hati yang tinggi. Jika pada anak non ADHD target perubahan perilaku yang dibuat mungkin dapat dicapai dengan cepat dan lebih mudah, maka bagi penyandang ADHD untuk mengendalikan perilaku mereka saja mungkin sulit.
6. Keberhasilan program terapi bermain sangat ditentukan oleh bagus tidaknya kerja sama terapis dengan orang tua dan orang-orang lain yang terlibat dalam pengasuhan anak sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan proses transfer ketrampilan yang sudah diperoleh selama terapi yang harus terus dipelihara dan ditingkatkan dalam kehidupan di luar program terapi.
7. Jika secara umum terapi bermain memberikan kebebasan kepada anak untuk berekspresi dan eksplorasi, maka pada anak ADHD hal ini justru akan digunakan untuk memperkenalkan aturan-aturan dan mengendalikan perilaku
8. Terapi bermain bagi penyandang ADHD dapat ditujukan untuk meminimalkan/menghilangkan perilaku agresif, perilaku menyakiti diri sendiri, dan menghilangkan perilaku berlebihan yang tidak bermanfaat. Hal ini dapat dilakukan dengan melatihkan gerakan-gerakan tertentu kepada anak, misalnya tepuk tangan, merentangkan tangan, menyusun balok, bermain palu dan pasak, dan alat bermain yang lain. Dengan mengenalkan gerakan yang lain dan berbagai alat bermain yang dapat digunakan maka diharapkan dapat digunakan untuk mengalihkan agresivitas yang muncul, juga jika anak sering berlarian tak bertujuan. Mengenalkan anak pada permainan konstruktif seperti menyusun balok juga akan membantu anak mengenal urutan dan membantu mengembangkan ketrampilan motorik.
Demikianlah beberapa hal yang
menurut saya penting diketahui tentang penerapan terapi bermain bagi anak ADHD.
Sekali lagi, harus dicatat bahwa terapi bermain adalah salah satu alternatif
saja diantara sekian banyak program terapi yang sudah dikembangkan bagi anak
ADHD dan selalu dilakukan bersamaan dengan tritmrn yang lain. Masukan dan
kritik bagi makalah ini sangat diharapkan demi proses belajar saya dan
perbaikan ke depan. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
APA. 1994. DSM-IV, 4th Ed.
Washington DC: The American Psychiatric Association
Barkley, R.A. 1998.
Attention-deficit hyperactivity disorder. Scientific American, 279:3.
Barkley, R.A. 1997. Behavioral
inhibition, sustained attention, & executive functions: constructing a
unifying theory of ADHD. Psychological Bulletin, 121:1, 65-94
Budiman, M., 1997. Tata Laksana
Terpadu pada Autisme. Simposium Tata Laksana Autisme oleh Yayasan Autisme
Indonesia. Jakarta: tidak diterbitkan
Caldera, Y.M., et al., 1999.
Children ‘s Play Preferences, Construction Play with Blocks, and Visual-Spatial
Skills: Are They Related? International Journal of Behavior Developmental
Psychology. Vol. 23. No. 4,855-872.
Coplan, R.J, et al., 2004. Do You
“want “ to Play? Distinguishing Between Conflicted Shyness and Social
Disinterest in Early Childhood. International Journal of Behavior Developmental
Psychology. Vol. 40. No. 2, 244-258.
Hartini, N., 2004. Pola Permainan
Sosial: Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak, Anima, Vol. 19, No. 3,
271-285
Hoeksema, S.N., 2004. Abnormal
Psychology. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Companies. Inc.
International Association for Play
Therapy (APT), Play Therapy. Diakses dari www. A4pt.org
Landreth, G.L., 2001, Innovations in
Play Therapy: Issues, Process, and Special Populations, Philadelphia,
Brounner-Routledge
Lyytinen, P., Dikkens, A. M., dan
Laakso, M.L. 1997. Language and Symbolic Play in Toddlers. International
Journal of Behavior Developmental Psychology. Vol. 21. No. 2, 289-302.
McConnell, R.S., 2002. Interventions
to Facilitate Social Interaction for Young Children with Autism: Review of
Available Research and Recommendations for Educational Intervention and Future
Research. Journal of Autism and Developmental Disorders. Vol. 32. No. 5,
October 2002, 351-372
National Institute of Mental Health
(NIMH), 1999. Questions and Answers. NIMH Multimodal Treatment Study of
Children with ADHD. Bethesda, MD: NIMH
Openheim, D. 1997. The Attachment
Doll-Play Interview for Preschoolers. International Journal of Behavior
Developmental Psychology. Vol. 20. No. 4, 681-697.
Schaefer,C.E., Gitlin, K, &
Sandgrund., 1991, Play Diagnosis & Assessment, Canada: John Wiley &
Sons
Sugiarto, S, Prambahan, D.S., &
Pratitis, N.T., 2004, Pengaruh Social Story terhadap Kemampuan Berinteraksi
Sosial pada Anak Autis, Anima, Vol. 19, N0. 3, 250-270
Sukmaningrum, E., 2001, Terapi
Bermain sebagai Salah Satu Alternatif Penanganan Pasca Trauma pada Anak, Jurnal
Psikologi, Vol. 8, No. 2, 14-23
U.S. Department of Education. 2003.
Identifying and Treating Attention Deficit Hyperactivity Disorder: A Resourse
for School and Home. From: http://www.ed.gov/offices/OSERS/OSEP.
sumber : http://klinis.wordpress.com/2007/08/30/penerapan-terapi-bermain-bagi-penyandang-adhd-3/
Langganan:
Postingan (Atom)